pengertian Nada, Melodi, Irama, Tangga Nada
1. Nada
Nada
merupakan bagian terkecil dari lagu. Nada (tone) dalam pengertian
musik adalah suara yang mempunyai getaran tertentu dan mempunyai
ketinggian tertentu. Nada dalam tangga nada diatonis mempunyai jarak
interval tertentu juga. Dalam kegiatan musikalisasi puisi nada
merupakan unsur dasar.
2. Melodi
Nada-nada
(tone) di atas akan bermakna jika disusun secara horizontal dengan
lompatan-lompatan (interval) tertentu. Nada-nada yang disusun secara
horizontal dengan lompatan (interval) tertentu itu dinamakan melodi.
Melodi inilah yang kemudian menjadi kalimat lagu dan terdiri dari
frase-frase serta tema tertentu. Deretan melodi kemudian menjadi lagu.
3. Irama
Irama
menentukan bentuk lagu. Irama di dalam musikalisasi puisi menjadi
sangat penting untuk memberi jiwa dari puisi yang diapresiasi. Puisi
yang bersemangat seperti “Aku”-nya Chairil Anwar menjadi lebih bermakna
dengan penggunaan birama 4/4 dengan tempo sedang serta perubahan tempo
accelerando (dipercepat) dan rittardando (diperlambat). Birama (sukat) adalah (angka pecahan : 2/4, ¾, 4/4, 6/8, 9/8) yang merupakan petunjuk akan
jiwa lagu. Puisi-puisi baladis Ebiet G Ade kebanyakan menggunakan
birama 4/4, sedangkan puisi-puisi religius Taufiq Ismail digubah Bimbo
dengan birama ¾. Meskipun birama ¾ kebanyakan digunakan untuk lagu-lagu
walz, tetapi ternyata serasi dengan puisi religius dengan orkestrasi
versi Bimbo.
4. Tangga nada
Penggunaan
tangga nada berpengaruh besar terhadap penjiwaan puisi. Di dalam musik
tangga nada diatonis (terdiri 7 nada pokok dan 5 nada sisipan)
merupakan tangga nada yang banyak dipakai dalam musikalisasi puisi,
sedangkan tangga nada pentatonic lebih banyak dipakai dalam seni musik
tradisional jawa (karawita) seperti macapatan. Penggunaan tangganada
minor dipakai untuk puisi-puisi atau lagu yang berjiwa melankolis,
sendu, sedih, duka, pesimistis. Sajak “Cintaku Jauh Di Pulau”-nya
Chairil Anwar sangat sesuai dengan tangga nada minor, sedangkan
“Semangat”-nya Chairil Anwar lebih gagah dengan menerapkan tangga nada
mayor yang lebih dekat dengan jiwa optimis, gagah, berani, riang,
gembira.
Lagu-lagu
yang menggunakan tangga nada mayor memang kebanyakan bersemangat,
optimistis, dan riang, sedangkan penggunaan tangga nada minor lazimnya
digunakan untuk lirik-lirik yang melankolis, pesimistis, duka, lara.
Dalam seni musik, tangga nada mayor dan minor kadang-kadang digunakan
dalam satu lagu. Lagu “Sepasang Mata Bola”, ciptaan Ismail Marzuki
merupakan salah satu contoh penggunaan tangga nada minor. Awal lagu itu
menggunakan tangga nada minor sesuai dengan lirik bait 1 dan 2,
sedangkan pada bait refrain (bait yang sering diulangi) menggunakan
tangga nada mayor.
Tangga
nada pentatonic (5 nada pokok) kebanyakan digunakan dalam seni musik
tradisional (seni karawitan). Namun demikian tangga nada ini juga sering
mewarnai penggunaan tangga nada diatonis minor, terutama laras pelog
yang memang bias disejajarkan dengan tangga nada diatonis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar